MAKALAH SINGKAT
TENTANG
PEMANFAATAN DAUN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) SEBAGAI
LARVASIDA UNTUK PEMBERANTASAN NYAMUK Aedes aegepty
NAMA
: HELENA SAHUSILAWANE
NIM
: K11111626
KELAS : D
KELOMPOK : 8 (VEKTOR)
UNIVERSITAS HASANUDIN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
2011
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever
(DHF) merupakan penyakit dengan angka kejadian yang cenderung meningkat di
daerah tropis dan sub tropis. Demam Berdarah Dengue (DBD) ditemukan pertama
kali di Indonesia pada tahun 1975 di Makasar dan pada tahun 1980 DHF telah
dilaporkan telah tersebar secara meluas serta melanda di seluruh propinsi
Indonesia. Dalam Temporaktif (2004) pada tahun 1998 jumlah penderita DBD
mencapai 71.776 orang dengan kematian 2.441 jiwa (CFR = 3,4 persen). Sementara
itu, jumlah korban penderita DBD 1999 sebanyak 21.134 orang, 2000 (33.443),
2001 (45.904), 2002 (40.377) dan 2003 (50.131).
Metode yang paling efektif untuk mengendalikan nyamuk vektor
demam berdarah dengan cara membunuh jentik-jentiknya (Nurhasanah, 2001). Cara
alternatif yang aman yaitu dengan menggunakan bahan alami dari tumbuhan
(pestisida nabati). Oleh karena terbuat dari bahan alami maka jenis pestisida
ini mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari
lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya
mudah hilang.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut :
a.
Dapatkah ekstrak daun jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) terhadap mortalitas larva nyamuk Aedes aegypti L.?
b.
Bagaimanakah mekanisme ekstrak daun
jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap mortalitas larva nyamuk Aedes
aegypti L.?
c.
Bagaimanakah cara penggunaan ekstrak
daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dalam meningkatkan mortalitas
larva nyamuk Aedes aegypti L.?
1.3 Tujuan
Adapun
tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut :
a.
Untuk mengetahui kemampuan ekstrak
daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap mortalitas larva nyamuk Aedes
aegypti L
b.
Untuk mengetahui mekanisme ekstrak
daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap mortalitas larva nyamuk Aedes
aegypti L.
c.
Uintuk mengetahui cara penggunaan
ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dalam meningkatkan
mortalitas larva nyamuk Aedes aegypti L.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Tinjauan tentang
nyamuk Aedes aegypty L.
Nyamuk Aedes aegypti L. berukuran lebih kecil
daripada nyamuk Culex guinguef asciatus, dengan warna dasar hitam
belang-belang pada bagian tubuh, kaki dan ada gambaran putih pada bagian dorsal
toraksnya. Nyamuk tersebut dapat mengandung virus dengue bila menghisap
darah seorang penderita DBD, virus ini kemudian masuk ke dalam intestinum dan
masuk kedalam hemoecoelum bereplikasi dan akhirnya masuk ke kelenjar air liur,
dari sini sudah siap untuk ditularkan lagi. Aedes aegypti L. merupakan
vektor nyamuk yang paling efisien untuk arbovirus karena nyamuk ini sangat
antrofilik dan hidup dekat manusia dan sering hidup di dalam rumah.
Larva atau jentik-jentik nyamuk Aedes aegypti L.
berbentuk seperti cacing, aktif bergerak dengan gerakan naik ke permukaan dan
turun ke dasar secara berulang-ulang. Larva ini memakan mikroba, oleh karena
itu larva Aedes aegypti L.disebut sebagai pemakan di dasar (ground
feeder). Pada saat larva mengambil oksigen dari udara (istirahat), posisi tubuh
tampak menggantung pada permukaan air. Stadium larva umumnya berlangsung 4-9
hari untuk kemudian menjadi pupa
Nyamuk mengalami metamorforsis sempurna yaitu melalui empat
tahap stadium : Telur-larva-pupa-dewasa. Dalam daur hidup vektor Demam Berdarah
Dengue (DBD) dikenal dua alam/lingkungan kehidupan yaitu air (pra dewasa) dan
di luar air (dewasa). Nyamuk Aedes aegypti menyukai tempat-tempat
penampungan yang berair jernih dan terlindung dari sinar matahari langsung
sebagai tempat peridukannya. Larva Aedes aegypti dapat hidup pada air
dengan pH antara 5,88.6 (Hidayat,1997).
Suhu mempengaruhi waktu untuk perubahan telur menjadi larva.
Larva melakukan pengelupasan kulit (moolting) setelah 2-4 hari mereka.
Pengelupasan kulit terjadi pada setiap pergantian stadium. Larva mengalami 4 stadium.
Pertumbuhan larva rata-rata berlangsung 10 hari atau lebih untuk kemudian
menjadi pupa (Gandahusada,2000).
2.2 Tinjauan
tentang Daun Jeruk
Komponen yang terdapat di dalam daun jeruk nipis setelah
diambil minyak yang terkandung di dalamnya adalah acetaldehyde, α penen,
sabinen, myrcene, octano, talhinen, limonoida, T trans-2 hex-1 ol, terpinen,
trans ocimen, cymeno, terpinolene, cis-2 pent-1 ol. Senyawa organik yang
terdapat di dalamnya antara lain vitamin, asam amino, protein, steroid, alkaloid,
senyawa larut lemak, senyawa tak larut lemak. Senyawa yang khas adalah senyawa
golongan terpenoid yaitu senyawa limonoida. Senyawa ini yang berfungsi sebagai
larvasida (Ferguson,2002).
2.3 Senyawa Limonoida .
Senyawa limonoida terdapat dalam 2 bentuk yaitu limonoida
aglicones (LA) dan limonoida glucosides (LG). Limonoida aglicones (LA)
menyebabkan rasa pahit pada jeruk dan tidak larut dalam air serta potensial
mempunyai efek larvasida . Sedangkan limonoida glucosoides tidak menyebabkan
rasa pahit pada jeruk dan dapat larut dalam air. Limonoida aglicones selama
proses maturasi (pemasakan) dari buah proses ini disebut natural debithoring
process (Jiaxing,2001). Limonoida aglycones
BAB
III
ANALISIS-SINTESIS
3.1 Analisis Pemberantasan Aedes
aegepty sebagai Vektor Penyakit
Demam Berdarah
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever
(DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh Virus Dengue famili Flaviviridae,
dengan genusnya adalah flavivirus yang ditularkan ke tubuh manusia
melalui nyamuk Aedes aegypti L yang terinfeksi. Demam berdarah adalah
suatu penyakit menular yang ditandai demam mendadak, perdarahan baik di kulit
maupun di bagian tubuh lainnya serta dapat menimbulkan shock (rejatan)
dan kematian.
Penyebab penyakit demam berdarah ialah virus dengue dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Ae.aegypti dan Ae.albopictus
(Chahaya,2003). Virus demam berdarah hanya mengandung nukleoprotein yang
dibungkus semacam amplop (envelope) disebut capsid selalu memerlukan
kehidupan lain atau yang sering disebut inang untuk melanjutkan keberadaannya.
Dalam hal ini nyamuk Aedes aegypti sebagai inang, karena hanya dalam
tubuh nyamuk Aedes virus dapat bereplikasi.
Pencegahan
wabah DHF dilakukan karena tidak adanya obat antiviral spesifik untuk virus
dengue, dan belum adanya vaksin anti dengue yang efektif dan komersial,
pemberantasan nyamuk vektornya masih menjadi tumpuan utama dalam pencegahan dan
pengendalian. Pengendalian vektor dengan beberapa cara, antara lain adalah :
a.
Kimia, dengan menggunakan
insektisida pembasmi larva (larvasida)..
b.
Biologi, misalnya penebar ikan
pemakan jentik.
c.
Fisik, dikenal dengan kegiatan 3 M
(Menguras, Menutup, Mengubur).
Tetapi, metode yang paling efektif untuk mengendalikan
nyamuk vektor demam berdarah dengan cara membunuh jentik-jentiknya (Nurhasanah,
2001). Cara alternatif yang aman yaitu dengan menggunakan bahan alami dari
tumbuhan (pestisida nabati). Oleh karena terbuat dari bahan alami maka jenis
pestisida ini mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak
mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena
residunya mudah hilang.
3.2 Ekstrak Daun Jeruk Nipis sebagai
Larvasida Alami
Senyawa limonoid merupakan teranoriterpen yang terdapat
dalam daun jeruk nipis (Robinson,1994) yang berpotensi sebagai antifeedant
terhadap serangga, zat pengatur tumbuh dan zat toksik pada kutu beras,
larvasida, anti mikroba, penolak serangga (repellent) dan penghambat
reproduksi (Jiaxing,2001). Senyawa limonoida merupakan analog hormon juvenille
pada serangga yang berfungsi sebagai pengatur pertumbuhan kutikula larva
(Ruberto,2002).
Hal
ini karena semakin pekat konsentrasi larutan maka semakin banyak zat yang
terkandung dalam ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dalam
larutan, yang berarti semakin banyak pula racun yang dikonsumsi larva nyamuk Aedes
aegypti, sehingga mortalitas larva Aedes aegypti juga semakin
tinggi. Hal ini sesuai dengan Prijono (1994) dalam Nurhayati (2005)
semakin pekat konsentrasi larutan berarti makin banyak kandungan bahan aktif
yang dapat mengganggu proses metabolisme. Begitu pula pada kecepatan mortalitas
larva Aedes aegypti L. dimana kepekatan konsentrasi larutan juga sangat
mempengaruhi kecepatan mortalitas. Ekstrak daun jeruk nipis (Citrus
aurantifolia(christm.) swingle.) pada konsentrasi 100 ppm adalah yang
paling efektif karena dapat menyebabkan mortalitas tertinggi pada larva nyamuk Aedes
aegypti L. (Utomo, 2008).
Cara kerja (metode of action) insektisida nabati
dalam membunuh atau mengganggu pertumbuhan hama sasaran adalah:
(1).mengganggu/mencegah perkembangan telur, larva dan pupa,
(2).mengganggu/mencegah aktifitas pergantian kulit dari larva (3) mengganggu
proses komunikasi seksual dan kawin pada serangga (4). Meracun larva dan
serangga dewasa imago, (5). Mengganggu/mencegah makan serangga, (6) menghambat
proses metamorfosis pada berbagai tahap, (7) menolak serangga larva dan dewasa,
dan (8) menghambat pertumbuhan penyakit. (Anonymous dalam Saraswati
(2004). Cara masuk insektisida ke dalam tubuh serangga dengan berbagai cara,
diantaranya sebagai racun kontak, yang dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit
atau dinding tubuh serangga, racun perut atau mulut, masuk melalui alat
pencernaan serangga dan yang terakhir dengan fumigant, yang merupakan
racun yang masuk melalui pernafasan serangga. Dan limonoid bersifat sebagai
racun (Kardinan,2001),
Sebagai racun perut limonoid dapat masuk ke dalam tubuh
larva nyamuk Aedes aegypti L. masuk ke pencernaan melalui rendaman
konsentrasi ekstrak yang termakan. Insektisida akan masuk ke organ pencernaan
serangga dan diserap oleh dinding usus kemudian beredar bersama darah yang akan
mengganggu metabolisme tubuh nyamuk sehingga akan kekurangan energi untuk
aktivitas hidupnya yang akan mengakibatkan nyamuk itu kejang dan akhirnya mati.
Penggunaan toksin yang berasal dari tanaman dapat digunakan
untuk pemberantasan larva nyamuk Aedes aegypti, karena dalam suatu ekstrak
tumbuhan selain beberapa senyawa aktif utama biasanya juga banyak terdapat
senyawa lain yang kurang efektif, tapi keberadaannya dapat meningkatkan
aktivitas ekstrak secara keseluruhan (sinergi), hal ini memungkinkan serangga
tidak mudah menjadi resisten.
Larvasida dipergunakan dalam bentuk ekstrak yang diencerkan.
Proses ekstraksi daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) itu
sendiri dilakukan dengan menggunakan pelarut etanol 96%. Prosesnya adalah Daun
jeruk nipis (Citrus aurantifolia.) seberat ± 300gr dicuci sampai bersih
kemudian dikeringanginkan. Setelah kering daun diblender/ digiling dengan
penggilingan tepung sehingga didapat serbuk kering. Selanjutnya serbuk bahan
dimaserasi dengan etanol 96%, maserat diambil setiap 24 jam atau setiap hari
dan maserasi dihentikan apabila larutan memberikan maserat yang agak jernih.
Maserat yang sudah didapatkan selanjutnya diuapkan dengan menggunakan rotary
evaporator pada suhu 45oC sampai kental. Ekstrak yang sudah
didapatkan kemudian dipekatkan dengan menggunakan water steam dan setelah
selesai ”crude extract” disimpan di dalam lemari es dan siap digunakan. Cara
penggunaannya dengan memasukan ekstrak daun jeruk nipis dengan konsentrasi 100
ppm (100 mg ekstrak daun jeruk nipis per 1 liter air) ke dalam tempat
penampungan air bersih yang memungkinkan larva nyamuk Aedes aegypti berkembang.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis-sintesis di
atas, dapat disimpulkan sebagai berikut :
a.
Ekstrak daun jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) mampu meningkatkan mortalitas larva nyamuk Aedes aegypti L
karena kandungan Limonoida yang merupaka racun larvasida.
b.
Ekstrak daun jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) sebagai racun perut limonoid masuk ke pencernaan tubuh Aedes
Aegepty dan diserap oleh dinding usus kemudian beredar bersama darah yang
akan mengganggu metabolisme tubuh nyamuk sehingga akan kekurangan energi untuk
aktivitas hidupnya yang akan mengakibatkan nyamuk itu kejang dan akhirnya mati.
c.
Cara penggunaan larvasida ini dengan
memasukan ekstrak daun jeruk nipis dengan konsentrasi 100 ppm ke dalam tempat
penampungan air bersih yang memungkinkan larva nyamuk Aedes aegypti berkembang.
Daftar Pustaka :
Makasih ya atas infonya dapat menambah pengetahuan salam kenal dari Manisan kolang kaling
BalasHapus