Kamis, 28 Februari 2013

Pemanfaatan Daun jeruk Nipis sebagai Lavarsida Nyamuk Aedes Aegepty



MAKALAH SINGKAT
TENTANG
PEMANFAATAN DAUN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) SEBAGAI LARVASIDA UNTUK PEMBERANTASAN NYAMUK Aedes aegepty







NAMA                : HELENA SAHUSILAWANE
NIM                      : K11111626
KELAS                : D
KELOMPOK      : 8 (VEKTOR)





UNIVERSITAS HASANUDIN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
2011

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever (DHF) merupakan penyakit dengan angka kejadian yang cenderung meningkat di daerah tropis dan sub tropis. Demam Berdarah Dengue (DBD) ditemukan pertama kali di Indonesia pada tahun 1975 di Makasar dan pada tahun 1980 DHF telah dilaporkan telah tersebar secara meluas serta melanda di seluruh propinsi Indonesia. Dalam Temporaktif (2004) pada tahun 1998 jumlah penderita DBD mencapai 71.776 orang dengan kematian 2.441 jiwa (CFR = 3,4 persen). Sementara itu, jumlah korban penderita DBD 1999 sebanyak 21.134 orang, 2000 (33.443), 2001 (45.904), 2002 (40.377) dan 2003 (50.131).
Metode yang paling efektif untuk mengendalikan nyamuk vektor demam berdarah dengan cara membunuh jentik-jentiknya (Nurhasanah, 2001). Cara alternatif yang aman yaitu dengan menggunakan bahan alami dari tumbuhan (pestisida nabati). Oleh karena terbuat dari bahan alami maka jenis pestisida ini mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya mudah hilang.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut :
a.       Dapatkah ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap mortalitas larva nyamuk Aedes aegypti L.?
b.      Bagaimanakah mekanisme ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap mortalitas larva nyamuk Aedes aegypti L.?
c.       Bagaimanakah cara penggunaan ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dalam meningkatkan mortalitas larva nyamuk Aedes aegypti L.?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut :
a.       Untuk mengetahui kemampuan ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap mortalitas larva nyamuk Aedes aegypti L
b.      Untuk mengetahui mekanisme ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap mortalitas larva nyamuk Aedes aegypti L.
c.       Uintuk mengetahui cara penggunaan ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dalam meningkatkan mortalitas larva nyamuk Aedes aegypti L.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1   Tinjauan tentang nyamuk Aedes aegypty L.
Nyamuk Aedes aegypti L. berukuran lebih kecil daripada nyamuk Culex guinguef asciatus, dengan warna dasar hitam belang-belang pada bagian tubuh, kaki dan ada gambaran putih pada bagian dorsal toraksnya. Nyamuk tersebut dapat mengandung virus dengue bila menghisap darah seorang penderita DBD, virus ini kemudian masuk ke dalam intestinum dan masuk kedalam hemoecoelum bereplikasi dan akhirnya masuk ke kelenjar air liur, dari sini sudah siap untuk ditularkan lagi. Aedes aegypti L. merupakan vektor nyamuk yang paling efisien untuk arbovirus karena nyamuk ini sangat antrofilik dan hidup dekat manusia dan sering hidup di dalam rumah.
Larva atau jentik-jentik nyamuk Aedes aegypti L. berbentuk seperti cacing, aktif bergerak dengan gerakan naik ke permukaan dan turun ke dasar secara berulang-ulang. Larva ini memakan mikroba, oleh karena itu larva Aedes aegypti L.disebut sebagai pemakan di dasar (ground feeder). Pada saat larva mengambil oksigen dari udara (istirahat), posisi tubuh tampak menggantung pada permukaan air. Stadium larva umumnya berlangsung 4-9 hari untuk kemudian menjadi pupa
Nyamuk mengalami metamorforsis sempurna yaitu melalui empat tahap stadium : Telur-larva-pupa-dewasa. Dalam daur hidup vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) dikenal dua alam/lingkungan kehidupan yaitu air (pra dewasa) dan di luar air (dewasa). Nyamuk Aedes aegypti menyukai tempat-tempat penampungan yang berair jernih dan terlindung dari sinar matahari langsung sebagai tempat peridukannya. Larva Aedes aegypti dapat hidup pada air dengan pH antara 5,88.6 (Hidayat,1997).
Suhu mempengaruhi waktu untuk perubahan telur menjadi larva. Larva melakukan pengelupasan kulit (moolting) setelah 2-4 hari mereka. Pengelupasan kulit terjadi pada setiap pergantian stadium. Larva mengalami 4 stadium. Pertumbuhan larva rata-rata berlangsung 10 hari atau lebih untuk kemudian menjadi pupa (Gandahusada,2000).
2.2    Tinjauan tentang Daun Jeruk
Komponen yang terdapat di dalam daun jeruk nipis setelah diambil minyak yang terkandung di dalamnya adalah acetaldehyde, α penen, sabinen, myrcene, octano, talhinen, limonoida, T trans-2 hex-1 ol, terpinen, trans ocimen, cymeno, terpinolene, cis-2 pent-1 ol. Senyawa organik yang terdapat di dalamnya antara lain vitamin, asam amino, protein, steroid, alkaloid, senyawa larut lemak, senyawa tak larut lemak. Senyawa yang khas adalah senyawa golongan terpenoid yaitu senyawa limonoida. Senyawa ini yang berfungsi sebagai larvasida (Ferguson,2002).
2.3   Senyawa Limonoida .
Senyawa limonoida terdapat dalam 2 bentuk yaitu limonoida aglicones (LA) dan limonoida glucosides (LG). Limonoida aglicones (LA) menyebabkan rasa pahit pada jeruk dan tidak larut dalam air serta potensial mempunyai efek larvasida . Sedangkan limonoida glucosoides tidak menyebabkan rasa pahit pada jeruk dan dapat larut dalam air. Limonoida aglicones selama proses maturasi (pemasakan) dari buah proses ini disebut natural debithoring process (Jiaxing,2001). Limonoida aglycones


BAB III
ANALISIS-SINTESIS
3.1 Analisis Pemberantasan Aedes aegepty sebagai Vektor Penyakit
Demam Berdarah
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh Virus Dengue famili Flaviviridae, dengan genusnya adalah flavivirus yang ditularkan ke tubuh manusia melalui nyamuk Aedes aegypti L yang terinfeksi. Demam berdarah adalah suatu penyakit menular yang ditandai demam mendadak, perdarahan baik di kulit maupun di bagian tubuh lainnya serta dapat menimbulkan shock (rejatan) dan kematian.
Penyebab penyakit demam berdarah ialah virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Ae.aegypti dan Ae.albopictus (Chahaya,2003). Virus demam berdarah hanya mengandung nukleoprotein yang dibungkus semacam amplop (envelope) disebut capsid selalu memerlukan kehidupan lain atau yang sering disebut inang untuk melanjutkan keberadaannya. Dalam hal ini nyamuk Aedes aegypti sebagai inang, karena hanya dalam tubuh nyamuk Aedes virus dapat bereplikasi.
Pencegahan wabah DHF dilakukan karena tidak adanya obat antiviral spesifik untuk virus dengue, dan belum adanya vaksin anti dengue yang efektif dan komersial, pemberantasan nyamuk vektornya masih menjadi tumpuan utama dalam pencegahan dan pengendalian. Pengendalian vektor dengan beberapa cara, antara lain adalah :
a.       Kimia, dengan menggunakan insektisida pembasmi larva (larvasida)..
b.      Biologi, misalnya penebar ikan pemakan jentik.
c.       Fisik, dikenal dengan kegiatan 3 M (Menguras, Menutup, Mengubur).
Tetapi, metode yang paling efektif untuk mengendalikan nyamuk vektor demam berdarah dengan cara membunuh jentik-jentiknya (Nurhasanah, 2001). Cara alternatif yang aman yaitu dengan menggunakan bahan alami dari tumbuhan (pestisida nabati). Oleh karena terbuat dari bahan alami maka jenis pestisida ini mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya mudah hilang.
3.2 Ekstrak Daun Jeruk Nipis sebagai Larvasida Alami
Senyawa limonoid merupakan teranoriterpen yang terdapat dalam daun jeruk nipis (Robinson,1994) yang berpotensi sebagai antifeedant terhadap serangga, zat pengatur tumbuh dan zat toksik pada kutu beras, larvasida, anti mikroba, penolak serangga (repellent) dan penghambat reproduksi (Jiaxing,2001). Senyawa limonoida merupakan analog hormon juvenille pada serangga yang berfungsi sebagai pengatur pertumbuhan kutikula larva (Ruberto,2002).
Hal ini karena semakin pekat konsentrasi larutan maka semakin banyak zat yang terkandung dalam ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dalam larutan, yang berarti semakin banyak pula racun yang dikonsumsi larva nyamuk Aedes aegypti, sehingga mortalitas larva Aedes aegypti juga semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan Prijono (1994) dalam Nurhayati (2005) semakin pekat konsentrasi larutan berarti makin banyak kandungan bahan aktif yang dapat mengganggu proses metabolisme. Begitu pula pada kecepatan mortalitas larva Aedes aegypti L. dimana kepekatan konsentrasi larutan juga sangat mempengaruhi kecepatan mortalitas. Ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia(christm.) swingle.) pada konsentrasi 100 ppm adalah yang paling efektif karena dapat menyebabkan mortalitas tertinggi pada larva nyamuk Aedes aegypti L. (Utomo, 2008).
Cara kerja (metode of action) insektisida nabati dalam membunuh atau mengganggu pertumbuhan hama sasaran adalah: (1).mengganggu/mencegah perkembangan telur, larva dan pupa, (2).mengganggu/mencegah aktifitas pergantian kulit dari larva (3) mengganggu proses komunikasi seksual dan kawin pada serangga (4). Meracun larva dan serangga dewasa imago, (5). Mengganggu/mencegah makan serangga, (6) menghambat proses metamorfosis pada berbagai tahap, (7) menolak serangga larva dan dewasa, dan (8) menghambat pertumbuhan penyakit. (Anonymous dalam Saraswati (2004). Cara masuk insektisida ke dalam tubuh serangga dengan berbagai cara, diantaranya sebagai racun kontak, yang dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit atau dinding tubuh serangga, racun perut atau mulut, masuk melalui alat pencernaan serangga dan yang terakhir dengan fumigant, yang merupakan racun yang masuk melalui pernafasan serangga. Dan limonoid bersifat sebagai racun (Kardinan,2001),
Sebagai racun perut limonoid dapat masuk ke dalam tubuh larva nyamuk Aedes aegypti L. masuk ke pencernaan melalui rendaman konsentrasi ekstrak yang termakan. Insektisida akan masuk ke organ pencernaan serangga dan diserap oleh dinding usus kemudian beredar bersama darah yang akan mengganggu metabolisme tubuh nyamuk sehingga akan kekurangan energi untuk aktivitas hidupnya yang akan mengakibatkan nyamuk itu kejang dan akhirnya mati.
Penggunaan toksin yang berasal dari tanaman dapat digunakan untuk pemberantasan larva nyamuk Aedes aegypti, karena dalam suatu ekstrak tumbuhan selain beberapa senyawa aktif utama biasanya juga banyak terdapat senyawa lain yang kurang efektif, tapi keberadaannya dapat meningkatkan aktivitas ekstrak secara keseluruhan (sinergi), hal ini memungkinkan serangga tidak mudah menjadi resisten.
Larvasida dipergunakan dalam bentuk ekstrak yang diencerkan. Proses ekstraksi daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) itu sendiri dilakukan dengan menggunakan pelarut etanol 96%. Prosesnya adalah Daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia.) seberat ± 300gr dicuci sampai bersih kemudian dikeringanginkan. Setelah kering daun diblender/ digiling dengan penggilingan tepung sehingga didapat serbuk kering. Selanjutnya serbuk bahan dimaserasi dengan etanol 96%, maserat diambil setiap 24 jam atau setiap hari dan maserasi dihentikan apabila larutan memberikan maserat yang agak jernih. Maserat yang sudah didapatkan selanjutnya diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator pada suhu 45oC sampai kental. Ekstrak yang sudah didapatkan kemudian dipekatkan dengan menggunakan water steam dan setelah selesai ”crude extract” disimpan di dalam lemari es dan siap digunakan. Cara penggunaannya dengan memasukan ekstrak daun jeruk nipis dengan konsentrasi 100 ppm (100 mg ekstrak daun jeruk nipis per 1 liter air) ke dalam tempat penampungan air bersih yang memungkinkan larva nyamuk Aedes aegypti berkembang.










BAB V
PENUTUP
5.1   Kesimpulan
Dari hasil analisis-sintesis di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut :
a.       Ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) mampu meningkatkan mortalitas larva nyamuk Aedes aegypti L karena kandungan Limonoida yang merupaka racun larvasida.
b.      Ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) sebagai racun perut limonoid masuk ke pencernaan tubuh Aedes Aegepty  dan diserap oleh dinding usus kemudian beredar bersama darah yang akan mengganggu metabolisme tubuh nyamuk sehingga akan kekurangan energi untuk aktivitas hidupnya yang akan mengakibatkan nyamuk itu kejang dan akhirnya mati.
c.       Cara penggunaan larvasida ini dengan memasukan ekstrak daun jeruk nipis dengan konsentrasi 100 ppm ke dalam tempat penampungan air bersih yang memungkinkan larva nyamuk Aedes aegypti berkembang.

Daftar Pustaka :

1 komentar: