Kamis, 14 Februari 2013

hiv, aids dan pms



Makalah HIV/AIDS

TUGAS KELOMPOK
Infeksi saluran reproduksi,
penyakit menular seksual dan HIV/AIDS


DIBUAT OLEH : KEOMPOK III
HELENA SAHUSILAWANE (K11111626)
SITTI BURHAENI (K11111632)



FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2012

HIV / AIDS
PENDAHULUAN
A.     Tujuan
1.      Tujuan Umum
Adapun tujuan dibuatnya tugas ini adalah agar kami mahasiswa dapat memahami tentang penyakit menular seksual salah satunya yaitu penyakit HIV/AIDS.
2.      Tujuan Khusus
Setelah membuat tugas ini diharapkan agar kami mahasiswa dapat memahami materi HIV/AIDS menganai :
a.      Sejarah HIV/AIDS.
b.      Pengertian HIV/AIDS.
c.       Etiologi penyakit HIV/AIDS.
d.      Cara penularan HIV/AIDS.
e.      Cara pencegahan HIV/AIDS.
B.      Alokasi Waktu
Tugas ini diberikan selama 3 minggu mulai dari tanggal 14 September 2012 sampai dengan 5 Oktober 2012, dan telah dipresentasikan pada tanggal 8 Oktober 2012 dan dibuat kesimpulan dalam bentuk makalah.
C.      Pembahasan
1.      Sejarah HIV/AIDS
Penyakit ini sudah lama ada hanya saja belum disadari oleh para ilmuwan bahwa    kasus–kasus yang ditemukan adalah kasus AIDS. Baru pada tahun 1981 Amerika Serikat melaporkan kasus–kasus penyakit infeksi yang jarang terjadi ditemukan dikalangan homoseksual, yang kemudian dirumuskan sebagai penyakit Gay Related Immune Deficiency (GRID), yakni penurunan kekebalan tubuh yang dihubungkan dengan kaum gay/homoseksual.
Kemudian pada tahun 1982, CD–USA (Centers for Disease Control) Amerika Serikat untuk pertama kali membuat definisi AIDS. Sejak saat itulah survailans AIDS dimulai. Dan juga ditemukan penyebab kelainan ini adalah LAV (Lymphadenophaty Associaterd Virus ) oleh Luc Montagnier dari pasteur Institut, Paris.
Pada tahun 1984 Gallo dan kawan–kawan dari National Institute of Health, Bethesda, Amerika Serikat menemukan HTLV III ( Human T Lymphotropic Virus type III) sebagai sebab kelainan ini. Pada tahun 1985 ditemukan Antigen untuk melakukan tes ELISA, suatu tes untuk mengetahui terinfeksi virus itu atau tidaknya seseorang.
Pada tahun 1986, International Commintte on Taxonomi of Viruses, memutuskan nama penyebab penyakit AIDS adalah HIV sebagai pengganti nama LAV dan HTLV III. Pada tanggal 15 April 1987, Kasus AIDS di Indonesia pertama kali ditemukan. Seorang wisatawan berusia 44 tahun asal Belanda, Edward Hop, meninggal di Rumah Sakit Sanglah, Bali. Kematian lelaki asing itu disebabkan AIDS. Hingga akhir 1987, ada enam orang yang didiagnosis HIV positif, dua di antara mereka mengidap AIDS.
Sejak ditemukan tahun 1978, secara kumulatif jumlah kasus AIDS di Indonesia sampai dengan 30 September 2009 sebanyak 18.442 kasus. jumlah ini semakin meningkat dari tahun ke tahun. Data Kementerian Kesehatan akhir 2009 menyebutkan penderita AIDS kelompok umur 20-29 tahun di Indonesia mencapai 49,07 persen. Berikutnya kelompok umur 30-39 tahun dengan 30,14 persen. Berdasarkan jenis kelamin 14720 kasus atau 73,7 persen diderita pria dan 5163 kasus adalah perempuan. Berdasarkan cara penularan, kasus AIDS kumulatif tertinggi melalui hubungan heteroseksual (50,3 persen), pengguna napza suntik/ penasun (40,2 persen), dan hubungan homoseksual (3,3 persen).Jumlah kasus AIDS kumulatif 19.973 kasus yang tersebar di 32 Provinsi di Indonesia. Penderita HIV positif terbanyak berada di DKI Jakarta dari Propinsi DKI Jakarta (7766), disusul Jawa Timur (4553), Jawa Barat (3077), Sumatera Utara (2783), dan Kalimantan Barat (1914).
Pada tahun 2014 diproyeksikan jumlah infeksi baru HIV usia 15-49 tahun sebesar 79.200 dan proyeksi untuk ODHA usia 15-49 tahun sebesar 501.400 kasus. Demikian laporan triwulan ketiga tahun 2009 Surveilans AIDS Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP &PL) Depkes.
Statistik Kasus AIDS di Indonesia dilapor s/d Maret 2012 (Sumber : Ditjen PP & PL Kemenkes RI)
Jumlah Kumulatif Kasus AIDS Menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
AIDS
Laki - laki
20665
Perempuan
8339
Tak diketahui
304
Total
29308

Jumlah Kumulatif Kasus AIDS Menurut Faktor Risiko
Faktor Risiko
AIDS
Heteroseksual
17267
Homo-Biseksual
948
Penasun
10165
Transfusi Darah
70
Transmisi Perinatal
846
Tak Diketahui
1134

Jumlah Kumulatif Kasus AIDS Menurut Golongan Umur
Golongan Umur
AIDS
<1
273
1 – 4
419
5 – 14
200
15 – 19
1077
20 – 29
13223
30 – 39
9026
40 – 49
2926
49 – 59
923
>60
236
Tak Diketahui
1005

Jumlah Kumulatif Kasus HIV & AIDS Menurut Provinsi
No.
Provinsi
HIV
AIDS
1
DKI Jakarta
20126
5118
2
Jawa Timur
10781
4663
3
Papua
8000
4469
4
Jawa Barat
6092
4043
5
Bali
5062
2582
6
Jawa Tengah
3842
1630
7
Kalimantan Barat
3268
1269
8
Sulawesi Selatan
2602
930
9
Riau
1130
731
10
DI Yogyakarta
1482
536
11
Sumatera Utara
5405
515
12
Sumatera Barat
596
428
13
Kepulauan Riau
2380
409
14
Banten
2394
408
15
Sulawesi Utara
1620
361
16
Nusatenggara Timur
1174
342
17
Jambi
274
302
18
Sumatera Selatan
1034
260
19
Nusatenggara Barat
464
241
20
Maluku
733
195
21
Lampung
509
192
22
Papua Barat
1473
173
23
Bengkulu
128
155
24
Bangka Belitung
230
122
25
NAD
63
95
26
Kalimantan Tengah
94
95
27
Sulawesi Tenggara
87
80
28
Kalimantan Selatan
135
27
29
Maluku Utara
95
17
30
Gorontalo
20
16
31
Kalimantan Timur
1443
14
32
Sulawesi Tengah
106
12
33
Sulawesi Barat
28
0

Jumlah
82870
30430

Prevalensi Kasus AIDS per 100.000 Penduduk Berdasarkan Provinsi
No.
Provinsi
Prevalensi
1
Papua
157.73
2
Bali
66.36
3
DKI Jakarta
53.27
4
Kalimantan Barat
28.87
5
Kepulauan Riau
24.36
6
Papua Barat
22.75
7
Sulawesi Utara
15.90
8
DI Yogyakarta
15.50
9
Riau
13.20
10
Maluku
12.72
11
Jawa Timur
12.44
12
Sulawesi Selatan
11.57
13
Bangka Belitung
9.97
14
Jambi
9.77
15
Jawa Barat
9.39
16
Bengkulu
9.04
17
Sumatera Barat
8.83
18
Nusatenggara Timur
7.30
19
Nusatenggara Barat
5.36
20
Jawa Tengah
5.03
21
Kalimantan Tengah
4.29
22
Sumatera Utara
3.97
23
Banten
3.84
24
Sulawesi Tenggara
3.58
25
Sumatera Selatan
3.49
26
Lampung
2.52
27
NAD
2.11
28
Maluku Utara
1.64
29
Gorontalo
1.54
30
Kalimantan Selatan
0.74
31
Sulawesi Tengah
0.46
32
Kalimantan Timur
0.39
33
Sulawesi Barat
0.00

Nasional
12.81

Jumlah Kasus Baru HIV & AIDS dan Kematian Berdasarkan Tahun Pelaporan

HIV
AIDS
Mati
1987

5
2
1988

2
2
1989

5
4
1990

5
1
1991

15
10
1992

13
3
1993

24
9
1994

20
9
1995

23
10
1996

42
10
1997

44
4
1998

60
20
1999

94
22
2000

255
83
2001

219
45
2002

345
86
2003

316
140
2004

1195
420
2005 (HIV: 1987-2005)
859
2639
509
2006
7195
2873
635
2007
6048
2947
788
2008
10362
4969
711
2009
9793
3863
331
2010
21591
5744
979

2.      Pengertian HIV/AIDS
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome, yaitu sekumpulan gejala yang didapatkan dari penurunan kekebalan tubuh akibat kerusakan system imun yang disebabkan oleh infeksi HIV.
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu virus yang menyerang sel CD4 dan menjadikannya tempat berkembang biak, kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sebagaimana kita ketahui bahwa sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika tubuh kita diserang penyakit, tubuh kita lemah dan tidak berupaya melawan jangkitan penyakit dan akibatnya kita dapat meninggal dunia meski terkena influenza atau pilek biasa. Manusia yang terkena virus HIV, tidak langsung menderita penyakit AIDS, melainkan diperlukan waktu yang cukup lama bahkan bertahun-tahun bagi virus HIV untuk menyebabkan AIDS atau HIV positif yang mematikan.

3.      Etiologi Penyakit HIV/AIDS
Penyebab sindrom imunodefisiensi ini adalah DNA retrovirus yang dikenal sebagai human immunodeficiency virus, HIV-1 dan HIV-2. Pada tahun 1992 kebanyakan kasus di seluruh dunia disebabkan oleh infeksi HIV-1. Infeksi HIV-2 endemik di Afrika Barat, namun tidak umum ditemukan di AS.3
HIV adalah virus yang menyerang sistim kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk limfosit yang disebut ”sel T-4” atau ”sel T-helper”, atau disebut juga ”sel CD-4”.7
Jumlah sel T-4 pada orang sehat secara umum berkisar antara 500-1200 per mikroliter. Jika jumlah sel T-4 menurun di bawah 200, maka ia dapat dikatakan sudah masuk pada fase AIDS.
AIDS disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus atau istilah yang lebih populer adalah virus HIV. Virus ini merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Virus HIV menyebar melalui pertukaran cairan tubuh antara orang yang terinvensi terhadap orang lain yang belum terinveksi, terutama terdapat pada darah, air mani, cairan vagina, dan cairan mulut mereka yang sudah terinveksi.
Gejala Infeksi HIV/AIDS, yaitu :
a.      Gejala infeksi HIV/AIDS tahap awal
Sebagian besar orang yang terkena HIV tidak menyadari adanya gejala infeksi HIV tahap awal. Karena, tidak ada gejala mencolok yang tampak segera setelah terjadi infeksi aal, bahkan mungkin sampai bertahun – tahun kemudian. Meskipun infeksi HIV tidak diertai gejala awal, seseorang yang terinfeksi HIV akan membawa virus HIV dalam darahnya. Orang yang terinfeksi tersebut akan sangat mudah menularkan virus HIV kepada orang lain, terlepas dari apakah penderita tersebut kemudian terkena AIDS atau tidak. Untuk menentukan apakah HIV ada di dalam tubuh seseorang adalah dengan tes HIV.
b.      Gejala infeksi HIV/AIDS tahap menengah
Gejala infeksi HIV pada tahap menengah sudah lebih jelas, misalnya flu yang berulang – ulang, lesu, demam, berkeringat, otot sakit, pembesaran kelenjar limfe, batuk.
Gejala infeksi HIV lainnya yaitu infeksi mulut dan kulit yang berulang – ulang, seperti sariawan, atau gejala – gejala dari infeksi umum lain yang selalu kambuh karena penurunan kekebalan tubuh.
c.       Gejala infeksi HIV/AIDS tahap akhir
Gejala infeksi HIV tahap akhir disebut juga gejala AIDS, yaitu berat badan menurun dengan cepat, diare kronis, batuk, sesak napas (infeksi paru – paru, tuberculosisi yang telah meluas), bintik – bintik atau bisul berwarna merah muda atau ungu (kanker kulit yang disebut sarcoma Kaposi), pusing – pusing, bingung, infeksi otak.
4.      Cara penularan HIV/AIDS
HIV/AIDS dapat menular melalui :
a.      Hubungan seks.
Melalui hubungan seks penetratif (penis masuk kedalam vagina/anus) yang dilakukan tanpa menggunakan kondom Hubungan seks seperti ini memungkinkan tercampurnya cairan sperma dengan cairan vagina (untuk hubungan seks lewat vagina). Sedangkan hubungan sek melalui anus bisa memungkin tercampurnya cairan sperma dengan darah.
Hubungan seksual secara anal (lewat dubur) paling berisiko menularkan HIV, karena epitel mukosa anus relatif tipis dan lebih mudah terluka dibandingkan epitel dinding vagina, sehingga HIV lebih mudah masuk ke aliran darah. Dalam berhubungan seks vaginal, perempuan lebih besar risikonya daripada pria karena selaput lendir vagina cukup rapuh. Disamping itu karena cairan sperma akan menetap cukup lama di dalam vagina, kesempatan HIV masuk ke aliran darah menjadi lebih tinggi. HIVdi cairan vagina atau darah tersebut, juga dapat masuk ke aliran darah melalui saluran kencing pasangannya.
Orang yang punya penyakit infeksi jika memiliki luka atau ada cairan dari tubuh yang keluar maka bisa 10 kali menularkan potensi HIV kepada pasangannya lewat hubungan seks. Perilaku gonta ganti pasangan seks tanpa menggunakan kondom juga sangat berisiko. Untuk itu lakukan hubungan seks yang aman, sesuai dengan ajaran agama.
b.      Menerima transfusi darah yang terinfeksi virus HIV
Penularan melalui transfusi darah risikonya sangat tinggi, maka itu bank darah biasanya akan mengecek berulang-ulang pada darah yang digunakan pasien melalui skrining yang ketat.  Beberapa penderita diduga tertular setelah menjalani transfuse darah. Seseorang yang harus menerima transfusi darah tubuhnya dalam keadaan sakit atau lemah, sehingga virus bisa dengan cepat menyebar dan berkembang dalam tubuhnya.
c.       Penggunaan bersama jarum suntik yang sudah terkontaminasi.
Penularan lewat jarum suntik banyak terjadi pada pengguna narkoba. Melalui pemakaian jarun suntik yang berulangkali dalam kegiatan lain, misalnya : peyuntikan obat, imunisasi, pemakaian alat tusuk yang menembus kulit, misalnya alat tindik, tato, dan alat facial wajah. Sebaiknya gunakan jarum suntik sekali pakai.
d.      Penularan dari Ibu Hamil (Positif) kepada Janinnya.
Penularan dari ibu hamil positif HIV dapat terjadi ketika bayi dalam kandungan, bisa juga ketika melahirkan atau bisa juga ditularkan ketika menyusui bayi tersebut.
Penularan HIV dari ibu hamil ke anak bisa terjadi karena infeksi melewati plasenta, saat proses persalinan atau menyusui. Sumber infeksi ini bisa dari darah ibu, plasenta, cairan amnion dan ASI. Kemungkinan bayi tertular HIV dari ibunya pada masa kehamilan adalah 15-20 persen. Sedangkan pada saat kelahiran 10-15 persen, dan pada saat menyusui adalah 15-20 persen.
e.      Terjadinya luka akibat pemakaian benda yang bersamaan.
Benda tersebut seperti silet, pisau cukur juga bisa menularkan HIV. Biasakan mempunyai sikat gigi dan pisau cukur sendiri, karena selain untuk kebersihan pribadi, jika terdapat darah akan ada risiko penularan dengan virus lain yang diangkut aliran darah (seperti hepatitis), bukan hanya HIV.
Sedangkan HIV AID tidak dapat menular melalui:
a.      Bersalaman, berpelukan
b.      Berciuman
c.       Batuk, bersin
d.      Memakai peralatan rumah tangga seperti alat makan, telepon, kamar mandi, WC, kamar tidur, dll.
e.      Gigitan nyamuk
f.        Bekerja, bersekolah, berkendaraan bersama.
g.      Memakai fasilitas umum misalnya kolam renang, WC umum, sauna, dll.
h.      HIV tidak dapat menular melalui udara. Virus ini juga cepat mati jika berada di luar tubuh. Virus ini dapat dibunuh jika cairan tubuh yang mengandungnya dibersihkan dengan cairan pemutih (bleach) seperti Bayclin atau Chlorox , atau dengan sabun dan air. HIV tidak dapat diserap oleh kulit yang tidak luka.
i.        Cairan yang tidak menularkan virus HIV adalah cairan keringat, air liur, air mata dan lain-lain. Jadi penularan melalui ciuman tidak terjadi.

5.      Cara Pencegahan HIV/AIDS
Cara pencegahan HIV/AIDS yaitu :
a.      Pencegahan penularan melalui hubungan seksual. Pastikan untuk tidak berhubungan seks dengan orang yang terinveksi virus HIV. Berganti-ganti pasangan seksual sangat beresiko tinggi mudah tertular virus HIV.
b.      Pencegahan penularan melalui transfusi darah. Pastikan bahwa darah yang akan di transfusi steril dari kontaminasi virus HIV.
c.       Pencegahan penularan melalui kehamilan. Ibu yang terinveksi HIV sebaiknya tidak hamil.
d.      Pencegahan penularan melalui penyalah gunaan obat. Penyalah gunaan narkoba dengan jarum suntik sangat mudah sekali menularkan virus HIV.
e.      Pencegahan penularan melalui alat tidak steril. Setiap alat yang di gunakan untuk orang banyak yang beresiko membawa virus HIV harus disterilkan terlebih dahulu dengan menggunakan lisol, detol, atau alkohol.
f.        Pencegahan penularan melalui pola hidup sehat. Orang-orang yang memiliki kebiasaan seks bebas, bertato, pemakaian narkoba dengan jarum termasuk mereka yang beresiko tinggi terkena AIDS. Untuk itu perlu mengubah kebiasaan untuk hidup lebih sehat dan aman.
g.      Pencegahan penularan melalui pernikahan. Pernikahan dengan orang-orang yang memiliki riwayat pekerjaan atau kebiasaan hidup beresiko tinggi tertular HIV sebaiknya dilakukan tes HIV AIDS.
6.      Cara pencegahan HIV/AIDS, dari ibu ke anak yaitu :
WHO dan PBB merekomendasikan empat kerangka strategi jangka panjang untuk mencegah transmisi HIV dari ibu ke Janin/bayinya. Adapun ke empat kerangka strategi tersebut adalah :
a.      Mencegah infeksi primer HIV, dengan cara :
1)      Melakukan intervensi terhadap perubahan pola hidup.
2)      Memperbaiki penanganan penularan infeksi secara seksual
3)      Memastikan keamanan persediaan darah
4)      Memperhatikan faktor-faktor konstitusional yang memudahkan seorang wanita terinfeksi HIV (cth: masalah ekonomi, pendidikan, dll)
Pencegahan HIV pada wanita, terutama pada wanita muda dan pasangannya adalah jalan yang terbaik untuk menjamin bahwa penularan sekunder ke bayi tidak terjadi. Mayoritas infeksi HIV di seluruh dunia terjadi pada penduduk muda yang berusia 10-24 tahun. Diantara kelompok ini anak perempuan dan wanita muda tercatat paling banyak mendapat infeksi baru dan mayoritas wanita yang memeriksakan kehamilannya pada klinik MCH (Maternal and child health)  berusia 15-24 tahun.
Cara lain dalam pencegahan primer infeksi HIV adalah intervensi dengan skala luas terhadap sexual transmitted infection (STI). Seperti diketahui bahwa STI memiliki hubungan terhadap faktor resiko terjadinya infeksi HIV.
Di Thailand prevalensi HIV yang sebelumnya tinggi menjadi berkurang dengan penanganan STI melalui pengobatan dan promosi pemakaian kondom terhadap pekerja-pekerja seksual.
b.      Mencegah terjadinya kehamilan pada wanita yang terinfeksi HIV, dengan cara :
1)      Memberikan informasi tentang KB dan konseling untuk membantu dalam pengambilan keputusan
2)      Mengintegrasikan pelayanan kontrasepsi pada konseling sukarela
3)      Memperkuat hubungan antara FP (Family Planning)dan pelayanan HIV
4)      Menjamin akses FP (Family Planning) ke pilihan yang aman.
Upaya PMTCT (Prevention of mother-to-child transmission) berfokus hampir semata-mata pada pencegahan transmisi dari wanita hamil yang positif menderita HIV. Pendekatan ini diambil sebagai akibat tidak berhasilnya penggunan kontrasepsi dalam hal menurunkan MTCT (Mother-to-child transmission) dalam mencegah kehamilan pada wanita yang positif terinfeksi HIV. Karena kehamilan yang tidak diharapkan berjumlah lebih dari 50% pada semua kelahiran dibeberapa negara, kontrasepsi merupakan hal yang potensial untuk mencegah ribuan transmisi vertikal HIV.
c.       Mencegah transmisi HIV dari wanita yang terinfeksi ke bayinya, dengan cara :
1)      Melakukan intervensi untuk menurunkan penularan selama kehamilan, persalinan dan kelahiran.
2)      Melakukan intervensi untuk menurunkan penularan melalui menyusui (tidak menyusui bayinya).
Beberapa penelitian yang telah dilakukan memperlihatkan keberhasilan pemberian obat antiretroviral pada wanita selama hamil, persalinan dan kelahiran dan pada bayi setelah kelahiran secara signifikan menurunkan risiko MTCT.
Obat antiretroviral seperti Zidovudine (ZDV), Lamivudine (3TC) dan Niverapine (NVP) telah diuji coba dan aman serta efektif saat digunakan tersendiri (ZDV atau NVP) atau dikombinasikan (ZDV+3TC, ZDV+NVP atau ZDV+3TC+NVP). Banyak protokol yang aman dan efektif tapi keberhasilannya tergantung dari kecepatan wanita tersebut ditemukan pada pemeriksaan kehamilannya.
d.      Memberikan perhatian kepada ibu yang terinfeksi HIV, bayi dan keluarganya.
1)      Menjamin penapisan untuk profilaksis dan penanganan infeksi oportunistik
2)      Memberikan pengobatan antiretroviral
3)      Memberikan perhatian terhadap nutrisi dan pelayanan pendukungnya
4)      Memberikan konseling seksual dan kesehatan reproduksi, termasuk pelayanan KB
5)      Memberikan pelayanan penanganan gejala awal dan terminal
6)      Memberikan pelayanan kesehatan mental dan dukungan pelayanan psikologi
7)      Memberikan dukungan sosial
D.     Penutup
Demikian makalah singkat yang kami buat tentang pengertian, Etiologi, Penularan dan Pencegahan HIV/AIDS. Semoga makalah yang kami buat bermanfaat bagi kami dan juga para pembaca tentang apa itu penyakit HIV/AIDS. Jika kita telah memahami marilah       sama – sama kita mencegah penyakit HIV/AIDS dan berperilaku hidup yang normal dan aman sehingga prevalensi kejadian HIV/AIDS dapat menurun dan akan melairkan           tunas – tunas bangsa yang sehat. Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih belum membahas HIV/AIDS secara keseluruhan, untuk itu saran, kritik yang membangun bagi kami untuk kesempurnaan makalah kami terima dengan lapang dada. Dan Pada Akhir penugasan makalah ini kami berharap mendapat respons yang baik dari Dosen kami berupa Nilai yang memuaskan hasil usaha kelompok kami.




DAFTAR PUSTAKA



Tidak ada komentar:

Posting Komentar